07.36

Logikaku Bermain dalam Kesendirian

Aku melewati jurang berkerikil tajam, walaupun hanya telapak kakiku yang luka lara. Namun, suau sat nanti tnginya ngarai Cinta, apakah tidak aka menjatuhkan paa jurang yang dalam? Wallahu A'lam ..

Lalu, mampukah aku memnjadi bunga berdiri di kampung negeri, atau malah aku dipermainkan oleh derasnya ombak hingga terhenpas di ujng pasir ? Atau, malah aku menjadi gelombang yang "melawan" dengan membawa "energi ekstra" untu menghalang badai dan gelombang ??

Kepak "Sayap"ku tak boleh "patah", karena aku ingin seperti burung puntun di tepi Danau, warnanya putih bersih, ia bebas kian kemari sesuka hati tanpa adyang menghalangu, ia mampu berdiri kukuh di atas punggung kerbau hitam yang jalang, termasuk untuk memberikan secercah kesadaran yang abadi. Duh ... Ilahi, kuatkan iman ini dan kokohkan kakiku untuk mampu berdiri di atas kesejatian diri ,,

Bathinku tidak membat, tapi ia seperti "batu" yang kukuh da tegar dihantam badai dan gelombang dari Danau dalm jiwa ayang sunyi. Ya , kegagalan, kegalauan, keputusasaan, dan pesimistis tidak akan pernah "mengancam" jiwa yang kukuh.
Likuan yang bertabur kemboja pun tidak boleh bermain dalam hati dan pikiranku. Karena yang lalu adaah kenangan yang menjadi nostalgia dalam tawa bahagia mauun derita yang membahana. Saat ini adalah kenyataan yang harus dihadapi dengan komitmen sejat dalam hati.
Dan, hari esok adalah harapan yang tiada pasti.

Masih besar harapanku terhadap cita-cita, tentuu juga Cinta. Karena bumi tidak bertiang, langit pun tidak berjungjung. Harapan pun belum sirna. Aku harus bangkit, lalu meletakkan "daftar" kesalahanku berada di depan "kaca" untuk uketahui kekuranganku selama ini, lalu bangkit untuk memperbaiki dir. Da aku pun harus meletakkan "daftar" kebaikanku di punggungku, supaya aku lupa berapa banyak kebaikan yang telah kuperbuat. Mungkin di sanalah substansi keikhlasan akan kudapatkan.
Apakah hatiku harus sperti masjid kampus yang tanpa penghuni atau seperti kamboja dalam likuan kesedihan dan luka hati?

Ya Allah,, siapakah laki-laki itu yang menyatakan nisan kemanusiaan? Duh .. Ilahi ,,,, sungguh sayang aku tak menjawab salam dari laki-laki yang belalu dalam kesunyian hatiku. Aku hanya mendengarkan teriakannya yang getarkan bathinku.

Ya Allah,, suatu saat nanti pertemukanlah aku dengan laki-laki yng memahami misteri" dari bilik hatimu ini. Entah di mana musim apabila aku berjumpa denganya ; laki-laki yang berlari dalam sunyi.

Aku yakin, kala hati erisi perasaan tiada tara yang disebut cinta dan merasakan kedalaman, keindahan, dan kebahagiaan. Karenanya aku menyadari bahwa dunia telah berubah.

0 komentar: